A. Pengertian Zat besi
Besi merupakan salah satu unsur
pokok alamiah dalam kerak bumi. Keberadaan besi dalam air tanah biasanya
berhubungan dengan pelarutan batuan dan mineral terutama oksida, sulfida
karbonat, dan silikat yang mengandung logam-logam tersebut (Poerwadio dan
Masduqi, 2004).
Besi (Fe) adalah logam berwarna
putih keperakan, liat dan dapat dibentuk. Fe di dalam susunan unsur berkala
termasuk logam golongan VIII, dengan berat atom 55,85 g.mol-1, nomor atom 26,
berat jenis 7,86 g.cm-3 dan umumnya mempunyai valensi 2 dan 3 (selain 1, 4, 6).
Besi (Fe) adalah logam yang dihasilkan dari bijih besi, dan jarang dijumpai
dalam keadaan bebas, untuk mendapatkan unsur besi, campuran lain harus
dipisahkan melalui penguraian kimia. Besi digunakan dalam proses produksi besi
baja, yang bukan hanya unsur besi saja tetapi dalam bentuk alloy (campuran
beberapa logam dan bukan logam, terutama karbon)
Zat besi (Fe) merupakan mikroelemen
yang esensial bagi tubuh, zat ini terutama diperlukan dalam hematopoiesis
(pembentukan darah) yaitu dalam sintesa haemoglobin (Hb) .
Jumlah zat besi di dalam tubuh
seorang normal berkisar antara 3 – 5 gr tergantung dari jenis kelamin, berat
badan dan haemoglobin. Besi di dalam tubuh terdapat dalam haemoglobin sebanyak
1,5 – 3,0 gr dan sisa lainnya terdapat di dalam plasma dan jaringan. Di dalam
plasma besi terikat dengan protein yang disebut “transferin” yaitu sebanyak 3 –
4 gr. Sedangkan dalam jaringan berada dalam suatu status esensial dan bukan
esensial. Disebut esensial karena tidak dapat dipakai untuk pembentukan Hb
maupun keperluan lainnya (Soeparman, 1990).
C. Fungsi Utama Zat Besi dalam Tubuh
Jumlah zat besi di dalam tubuh orang
dewasa sehat adalah lebih kurang sebanyak 4 gram. Sebagian besar yaitu 2,5 gram
berada di dalam sel-sel darah merah atau hemoglobin. Zat besi yang terdapat di
dalam pigmen pada otot disebut myoglobin yang berfungsi untuk menangkap dan
memberikan oksigen. Enzim intraselluler yang disebut phorphyrin juga mengandung
zat besi. Enzim lain yang terpenting diantaranya adalah cytochrome yang selalu
banyak terdapat di dalam sel. Pada orang yang sehat. sebagian zat besi yaitu
lebih kurang 1 gram disimpan didalam hati yang berikatan dengan protein yang
disebut ferritin.
Didalam tubuh zat besi mempunyai
fungsi yang berhubungan dengan pengangkutan, penyimpanan dan pemanfaatan
oksigen yang berada dalam bentuk hemoglobin, myoglobin atau cytochrome. Untuk
memenuhi kebutuhan guna pembentukan hemoglobin. sebagian besar zat besi yang
berasal dari pemecahan sel darah akan dimanfaatkan kembali. Kemudian baru
kekurangannya harus dipenuhi dan diperoleh melalui makanan.
Keseimbangan zat besi di dalam tubuh
perlu dipertahankan yaitu jumlah zat besi yang dikeluarkan dari tubuh sarna
dengan jumlah zat besi yang diperoleh tubuh dari makanan. Bila zat besi dari
makanan tidak mencukupi. maka dalam waktu lama akan mengakibatkan anemia.
Sel-sel darah merah berumur 120 hari, jadi sesudah 120 hari sel-sel darah merah
mati dan diganti dengan yang baru. Proses penggantian sel darah merah dengan
sel-sel darah merah baru disebut turn over.
D. Sumber Zat Besi
Ada dua jenis zat besi dalam
makanan, yaitu zat besi yang berasal dari hem dan bukan hem. Walaupun kandungan
zat besi hem dalam makanan hanya antara 5 – 10% tetapi penyerapannya hanya 5%.
Makanan hewani seperti daging, ikan dan ayam merupakan sumber utama zat besi
hem. Zat besi yang berasal dari hem merupakan Hb. Zat besi non hem terdapat
dalam pangan nabati, seperti sayur-sayuran, biji-bijian, kacang-kacangan dan
buah-buahan (Wirakusumah,1999).
Zat besi nonhem didalam bentuk kompleks inorganic Fe3+ dipecah pada waktu
pencernaan berlangsung dan sebagian dirubah dari Fe3+ menjadi Fe2+ yang lebih
siap diabsorpsi. Konversi Fe3+ menjadi Fe2+ dipermudah oleh adanya faktor
endogenus seperti HCl dalam cairan sekresi gastric, komponen zat gizi yang
berasal dari makanan seperti vitamin C, atau daging, atau ikan.
Zat gizi yang telah dikenal luas dan
sangat berperanan dalam meningkatkan absorpsi zat besi adalah vitamin C.
Vitamin C dapat meningkatkan absorpsi zat besi nonhem sampai empat kali
lipat.Vitamin C dengan zat besi mempunyai senyawa ascorbat besi kompleks yang
larut dan mudah diabsorpsi, karena itu sayur-sayuran segar dan buah-buahan yang
mengandung banyak vitamin C baik dimakan untuk mencegah anemia .
Selain faktor yang meningkatkan
absorpsi zat besi seperti yang telah disebutkan, ada pula faktor yang
menghambat absorpsi zat besi. Faktor-faktor yang menghambat itu adalah tannin
dalam teh, phosvitin dalam kuning telur, protein kedelai, phytat, fosfat,
kalsium, dan serat dalam bahan makanan (Monsen and Cook dalam Husaini, 1989).
Zat-zat gizi ini dengan zat besi membentuk senyawa yang tak larut dalam air,
sehingga lebih sulit diabsorpsi. Seseorang yang banyak makan nasi, tetapi
kurang makan sayur-sayuran serta buah-buahan dan lauk-pauk, akan dapat menjadi
anemia walaupun zat besi yang dikonsumsi dari makanan sehari-hari cukup banyak.
Kecukupan konsumsi zat besi Nasional yang dianjurkan untuk anak balita berumur
1-3 tahun adalah 8 mg, sedangkan untuk anak balita berumur 4-6 tahun adalah 9
mg (Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi, 2003)
keanekaragaman konsumsi makanan
sangat penting dalam membantu meningkatkan penyerapan Fe di dalam tubuh.
Kehadiran protein hewani, vitamin C, vitamin A, zink (Zn), asam folat, zat gizi mikro lain dapat meningkatkan penyerapan zat besi dalam tubuh. Manfaat lain
mengkonsumsi makanan sumber zat besi adalah terpenuhinya kecukupan vitamin A.
Makanan sumber zat besi umumnya merupakan sumber vitamin A.
Makanan rata-rata mengandung sekitar
6 mgram zat besi setiap 1.000 kalori, sehingga rata-rata orang mengkonsumsi zat
besi sekitar 10-12 mgram/hari. Sumber yang paling baik adalah daging. Tubuh
menyerap sekitar 1-2 mgram zat besi dari makanan setiap harinya, yang secara
kasar sama dengan jumlah zat besi yang dibuang dari tubuh setiap harinya.
E . Dampak Kekurangan dan kelebihan zat besi
Kurangnya zat besi dan asam folat
dapat menyebabkan anemia. Proses kekurangan zat besi sampai menjadi anemia
melalui beberapa tahap. Awalnya terjadi penurunan simpanan cadangan zat besi,
bila tidak dipenuhi masukan zat besi lama kelamaan timbul gejala anemia
disertai penurunan kadar Hb. Kadar normal haemoglobin dalam darah yaitu pada
anak balita 11 gr%, anak usia sekolah 12 gr%, wanita dewasa 12 gr%, ibu hamil
11 gr%, laki-laki 13 gr%, ibu menyusui 12 gr% (Departemen Kesehatan, 1992).
Ciri-ciri gejala anemia tidak khas
dan sulit ditemukan tetapi dapat terlihat dari kulit dan konjungtiva yang
pucat, tubuh lemah, nafas pendek dan nafsu makan hilang. Penentuan anemia
klinis dipengaruhi oleh banyak variabel seperti ketebalan kulit dan pigmantasi
yang tidak dapat diandalkan kecuali pada anemia berat. Oleh karena itu,
pemeriksaan laboratorium sebaiknya digunakan untuk mendiagnosis dan menentukan
beratnya anemia (Daemeyer, 1993).
Adapun kekurangan zat besi lainnya
dapat menyebabkan :
1. Keletihan, lemah badan.
2. Berdebar, sakit dada
3. Kesukaran bernafas
Kelebihan zat besi bisa menyebabkan
keracunan, dimana terjadi muntah, diare dan kerusakan usus.
Zat besi dapat terkumpul di dalam
tubuh jika seseorang:
- mendapatkan terapi zat besi dalam jumlah yang berlebihan atau dalam waktu yang terlalu lama
- menerima beberapa tranfusi darah
- menderita alkoholisme menahun.
Hemokromatosis merupakan penyakit
kelebihan zat besi yang diturunkan, yang bisa berakibat fatal tetapi mudah
diobati, dimana terlalu banyak zat besi yang diserap, menyerang lebih dari 1
juta orang di AS.
Biasanya gejala-gejalanya tidak
timbul sampai usia pertengahan dan berkembang secara tersembunyi, berupa:
- kulit menjadi berwarna merah tembaga
- sirosis
- kanker hati
- diabetes
- gagal jantung, hingga kematian
Beberapa zat gizi diperlukan dalam
pembentukan sel darah merah yang paling penting adalah zat besi, vitamin
B12 dan asam folat; tetapi tubuh juga memerlukan
sejumlah kecil vitamin C, riboflavin
dan tembaga serta keseimbangan hormon, terutama eritropoietin (hormon yang
merangsang pembentukan sel darah merah). Tanpa zat gizi dan hormon tersebut,
pembentukan sel darah merah akan berjalan lambat dan tidak mencukupi, dan
selnya bisa memiliki kelainan bentuk dan tidak mampu mengangkut oksigen
sebagaimana mestinya. Penyakit kronik juga bisa menyebabkan berkurangnya
pembentukan sel darah merah.
Asupan normal zat besi biasanya
tidak dapat menggantikan kehilangan zat besi karena
perdarahan kronik dan tubuh hanya
memiliki sejumlah kecil cadangan zat besi. Sebagai akibatnya, kehilangan zat
besi harus digantikan dengan tambahan zat besi.
Janin yang sedang berkembang
menggunakan zat besi, karena itu wanita hamil juga memerlukan tambahan zat
besi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar